Like Apple Solution Facebook Page

970x90 Ads

free counters

YouTube Tutorial

Tuesday, November 8, 2011

muka dua

Ini perbincangan dua teman wanita. Dara, wajahnya pas-pasan cenderung jelek tapi kelebihan hati. Hatinya besar, sering jadi korban perang tapi mengalah dan akhirnya menang. Sering ditoyor gara-gara muka oon yang selalu nongol sekalipun lagi diludahi musuh. Sering membuat satu ruangan terdiam kaku kalau amarahnya di puncak dan diam dalam tatap sepatah kata tajam. Kerjaannya mempertanyakan ini itu karena jawaban dari sebuah pertanyaan itu penting buat dia. Lahir atau tidaknya pertanyaan selanjutnya itu bergantung pada jawaban pertama, dan begitu seterusnya. Suka geregetan dan dengan caranya sendiri nyari sesuatu yang sebenarnya sampai terbukti asumsinya salah atau asumsinya benar dan bisa dijadikan teori baru. Walaupun mukanya pas-pasan, tapi dia sudah sangat bersyukur punya mata dua, kuping dua, kaki dua, tangan dua, dan ngga pernah terbesit untuk berharap punya muka dua.
Nah..berbeda dengan temannya.. namanya Inem. Bukan..bukan..dia bukan PRT (pembantu rumah tangga). Hanya nama dan wajahnya aja agak menyerupai PRT. Kelakuan dan tutur kata dan dandanan menyerupai alay. Hobinya melakukan pencitraan, “akulah wanita berhati karung emas, dipuja duda digilai mas-mas” (padahal kata orang isi karungnya itu kerikil dan batu kali). Yang menarik dari wanita jarang dibelai pria ini yaa karena dia pintar. Pintar ngeles, pintar ngibul, pintar menggoda, pintar bicara, pintar nawar belanjaan, pintar nawar ojek, pintar cari perhatian,pintar jadi apa yang orang lain mau alias palsu. Yaa dari kepintarannya itu sih sebetulnya cocok jadi sales, lumayan kan ada kegiatan jual-beli laba-rugi daripada setiap hari nganggur trus kerjaannya cuma mandangin photo pria-idaman-kasih-tak-sampai dan bolak-balik nelfon sms cari perhatian sambil memanjatkan doa-doa ngotot kepada dewa cinta supaya panah asmaranya tepat sasaran walaupun tetap saja selalu nyasar.
Suatu malam Inem curhat sama Dara..
Inem: “siyaaaal.. elo tauk ga seeh.. gue ketauan selama ini pakai BH double yang masing-masing cupnya C, demi keliatan berdada besar! Cuma gara-gara gue lupa noh ada si Kiki nginep di kost-an trus gue ganti baju depan dia. Aaah sh*t! Padahal capek-capek selama ini guee menciptakan citra kalau guee bersyukur dengan apa adanya badan gue sebagai anugrah pemberian Tuhan. Rahasia ini kan selama ini cuma elo yang tauuu! aaaaarrggh” *ngomel sambil gigitin tali BH*
Dara: … *mendengarkan sambil makan kacang, berasa lagi nonton sirkus liat guguk laut lagi heboh keliling panggung sambil tepuk tangan*
Inem: “lebih siyaaalnya lagi.. gue baru tau gebetan-gue-seumur-hidup ternyata baru aja jadian, d*amn! Hih..gemesss gue sama tuh cewek! Nyelak gue ajeee! gue ngantri dari sebelum Megawati jadi presiden, sebelum kerusuhan Mei, sebelum G30S PKI, sebelum naskah proklamasi dibacain, sebelum peristiwa rengasdengklok, sebelum sumpah pemuda, sebelum Ki Hajar Dewantara bikin taman siswa, sebelum bung Karno ngga kalah beken sama Rano Karno! Liat ajee masa ampe sekarang gue masih gini-gini aje, eeh tuh bule montok nyosor tiba-tiba jadian sama lelaki yang selalu seutuhnya milik gue dalam khayalan gue.. aah..harus kurebut kembali kumis itu ke pangkuanku…”
Dara: “lah.. katanya rela berkorban.. katanya yang penting itu bikin bahagia orang lain.. dia sekarang bahagia sama bule montoknya sama-sama cinta, kenapa sekarang situ jadi sewot kebakaran jenggot?”
Inem: “aaaah itu kan pencitraan doang.. yaa terpaksa! cih! gue kagak relaaa! Kalo jadiannya sama bule depok sih gue santai.. lah ini bule montok.. gimane coba? Kan susah Sule disuruh saingan sama Pangeran William”
Dara: ….. *mengunyah pisang*
Inem: “lika-liku BH dan pria datang disaat bersamaan…ck.. bikin galau aja.. gimana dong nich? Gue tetap pengen pakai BH double ekstra size tapi takut gossip semakin tersebar dan semua orang sekitar mulai sadar; dan gue juga tetap pengen lelaki satu itu suatu saat jadi belahan hatikyu tapi di lain sisi gue mikir kayaknya selama ini gue cuma mendukung diri sendiri untuk jadi perawan tua yang sedang menunggu jawaban entah ini cinta..atau obsesi semata…”
Dara: “nah itu tau.. mesti rajin buka mata, jangan cuma rajin buka puasa sebelum beduk maghrib. Sampai kapan situ mau begitu? Membohongi membodohi diri dan kancut sendiri.. Ngga malu kalau nanti ketauan yang asli? Bagus ketauannya cuma sama gue, sama Kiki..”
Inem: “aaah bodo ah! gue kan cerdas..semua bisa diputarbalikkan sesaat setelah yang asli muncul, yang palsu akan kembali menutupi, dan seterusnya…”
Dara: “Sepandai-pandainya tupai melompat pasti akhirnya akan jatuh juga.. Pernah dengar pepatah itu?“
Inem: “yaeeelah santaaai.. kalau sudah lompat trus jatooh, yaa lain kali jalan ajee..pelan-pelan.. aman kan? Tupainya ngga usah lompat.. susah amat..” (ngeles, sok bijaksana yang nyeleneh, sok asik seperti biasanya)
Dara: “hmm..tapi…”
Inem: *memotong pembicaraan* “mulai deeeh..mulai deeh cyiiiin.. balik ah guee, cari wangsit buat strategi baru untuk kembali mengharumkan nama gue”
Dan seketika…….
Syuuuut… gedubrak! *kulit pisang di lantai bertegur sapa dengan telapak kaki Inem* *Inem kejengkang*
Dara: “… Sepandai-pandainya tupai berjalan pasti akhirnya akan kepeleset juga”

Sumber : http://chananovia.wordpress.com/2011/08/18/muka-dua/

0 komentar: